Jakarta, ditrinews.com – Beberapa hari balakangan, sejumlah warganet di media sosial mengungkapkan cuaca panas di wilayahnya. Mereka mengunggah foto dari tangkapan layar aplikasi pendeteksi suhu cuaca di domisili masing-masing.
Apa penyebab cuaca panas yang terjadi akhir-akhir ini?
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Miming Saepudin mengatakan, kondisi suhu panas di beberapa wilayah Indonesia umumnya terjadi cuaca cerah dan tingkat perawanan yang rendah.
Sehingga suhu terasa lebih panas atau terik, dan kondisi ini sangat normal terjadi terutama saat kondisi cuaca cerah pada siang hari.
“Kisaran suhu pada siang hari saat ini umumnya sekitar 33-36 derajat celsius, dan hal ini masih dalam kategori normal,” kata Miming saat dihubungi, Rabu, 05 Mei 2021
Ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga stamina tubuh terutama pada siang hari di bulan Ramadhan ini. Dengan menjaga stamina tubuh, menurutnya, dapat terhindar dari kondisi dehidrasi atau kekurangan cairan.
Menurut Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari, sejak April 2021, fenomena Madden Jullian Oscillation (MJO) juga menjadi faktor dinamika atmosfer yang berdampak pada peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia.
MJO merupakan fenomena pergerakan sistem konvektifitas yang dianggap berhubungan dengan peningkatan pertumbuhan awan hujan.
Adapun MJO bergerak dari arah barat ke timur yakni dari wilayah Afrika melewati Samudra Hindia dan Indonesia menuju ke arah Samudra Pasifik.
“Fenomena MJO sedang berada di fase 1 (pesisir timur Afrika) yang bersesuaian dengan kondisi kering di Indonesia (dry phase MJO di Indonesia),” kata Supari.
Menurutnya, pada posisi seperti ini, MJO akan menyebabkan berkurang proses pembentukan awan di Indonesia, sehingga umumnya akan terjadi pengurangan curah hujan.
“Dengan kondisi pembentukan awan yang berkurang, atmosfer akan didominasi oleh kondisi cerah (tidak cukup banyak awan), sehingga radiasi matahari akan lebih banyak yang mencapai permukaan tanah, hal ini menyebabkan meningkatnya suhu udara,” ungkapnya.
Ia menambahkan, BMKG sudah memperkirakan wilayah sebagian besar Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah akan memasuki musim kemarau pada Mei 2021.
Untuk mengantisipasi cuaca panas ini, Supari menginformasikan kepada masyarakat bahwa terasanya cuaca panas bisa menjadi indikasi awal musim kemarau.
Artinya, suhu panas bisa bertahan lama karena saat kemarau datang memiliki ciri khas terjadi peningkatan suhu sangat tinggi.(*)