Jakarta, ditrinews.com – Selebriti dan presenter Deddy Corbuzier baru-baru ini mengaku telah mengalami badai sitokin saat terpapar Covid-19. Sehingga dia harus rehat beberapa waktu dari media sosial.
Deddy menceritakan bahwa dirinya sempat kritis dan hampir tidak selamat walaupun sudah negatif Covid-19 akibat badai sitokin yang dialaminya.
“Saya sakit.. Kritis, hampir meninggal karena badai Cytokine, lucunya dengan keadaan sudah negatif. Yes it’s Covid,” ucapnya dikutip dari akun instagram pribadi milik Deddy, Selasa, 24 Agustus 2021.
Ia mengaku tak mengalami gejala apapun,dan paru-parunya rusak 60% hanya dalam dua hari.
“Yes it’s a life and death situation. Hebatnya oksigen darah saya tidak turun bahkan diam di 97-99 karena pola hidup sehat saya selama ini hingga saya bisa selamat walau dengan kerusakan paru yang parah,” ungkap Deddy.
Apa sebenarnya badai sitokin itu sehingga bisa menyebabkan kematian pada pasien Covid-19?
Badai sitokin sendiri sebenarnya bukanlah nama penyakit. Badai sitokin merupakan sindrom yang mengacu pada sekelompok gejala medis di mana sistem kekebalan tubuh mengalami terlalu banyak peradangan.
Dilansir dari situs Alodokter, dijelaskan bahwa badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami oleh penderita Covid-19.
Kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu segera ditangani secara intensif. Bila tanpa penanganan intensif, badai sitokin dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga kematian.
Sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi.
Terjadinya badai ini karena kondisi respons imun tubuh yang berlebihan, biasanya dipicu oleh infeksi. Sitokin adalah protein yang mengkomunikasikan sinyal-sinyal tubuh untuk merespons infeksi.
Sejatinya, sistem kekebalan berfungsi untuk membantu penderita melawan infeksi. Namun, terkadang sistem imunitas ini memberikan respons yang tidak semestinya dan justru memperparah kondisi penyakit.
Adapun pemicu badai sitokin disebabkan oleh sejumlah infeksi, termasuk influenza, pneumonia, dan sepsis.
Respons imun yang meningkat ini tidak terjadi pada semua pasien dengan infeksi parah, tetapi para ahli tidak tahu apa yang membuat beberapa orang lebih rentan dari pada yang lain khususnya pada penderita Covid-19.
Sejauh ini beberapa pasien menjadi sangat sakit dengan cepat karena badai sitokin. Sebagian besar pasien Covid-19 dengan badai sitokin mengalami demam dan sesak napas, kemudian menjadi sulit bernapas sehingga akhirnya membutuhkan ventilator.
Kondisi ini biasanya terjadi sekitar enam atau tujuh hari setelah timbulnya penyakit. Tidak hanya itu, badai sitokin juga memiliki kaitan erat dengan penyakit non-infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.
Badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda. Terkadang berupa gejala ringan seperti flu. Namun, gejalanya juga bisa parah dan mengancam jiwa.
Berikut gejala badai sitokin:
- Demam dan menggigil
- Kelelahan
- Pembengkakan ekstremitas
- Mual dan muntah
- Nyeri otot dan persendian
- Sakit kepala
- Ruam
- Batuk
- Sesak napas
- Napas cepat
- Kejang
- Menggigil
- Kesulitan mengkoordinasikan gerakan
- Kebingungan dan halusinasi
- Kelesuan dan daya tanggap yang buruk
- Tekanan darah yang sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah juga bisa menjadi tanda badai sitokin yang parah. Pada kondisi ini, jantung mungkin tidak bekerja sebaik biasanya. Hal tersebut mengakibatkan badai sitokin dapat mempengaruhi banyak sistem organ.(*)