Jakarta, ditrinews.com – Pengusaha nasional yang juga pendiri MRA Group, Adiguna Sutowo, dikabarkan meninggal dunia karena sakit.
Adiuna Sutowo meninggal diusia 62 tahun, pada Minggu, 18 April 2021, pukul 04.04 WIB, di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta.
“Inna Lillahi Wa Inna Illaihi Rojiun. Telah meninggal dunia Bapak Adiguna Sutowo, Founder MRA Group, Ayahanda dari Bapak Maulana Indraguna Sutowo, Direktur Utama MRA Group,” tutur Iwet Ramadhan, Head of Business Growth MRA Media.
Anak dari eks Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo itu, akan dimakamkan hari Minggu, 18 April 2021, pukul 13.00 WIB, di TPU Tanah Kusir Blok AA 41. Demikian keterangan keluarga dalam papan pengumuman di rumah duka di Menteng, Jakarta Pusat.
Adiguna Sutowo masuk di jajaran pengusaha besar Indonesia. Darah bisnis mengalir dari sang ayah, Ibnu Sutowo.
Di era Orde Baru, Ibnu Sutowo yang merupakan perwira militer berpangkat Jenderal Bintang Tiga juga menjadi Kepala Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina (1957-1976). Bahkan. dia juga sempat menjabat sebagai Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi pada 1966 (sekarang Menteri ESDM).
Terlepas dari status anak seorang pejabat, nama Adiguna Sutowo santer terdengar saat sang putera, Maulana Indraguna Sutowo, meminang artis Dian Sastrowardoyo pada 18 Mei 2010 silam.
Putra Adiguna, Maulana Indraguna Sutowo, yang merupakan suami artis Dian Sastro menjadi CEO MRA Group pada Januari 2017.
Berdasarkan situs Wikipedia yang dikutip, Minggu, 18 April 2021, berikut perjalanan karir dan kerajaan bisnis yang dibangun Adiguna Sutowo semasa hidup.
Kepentingan bisnis Adiguna meliputi permesinan, perkapalan, farmasi, properti dan perhotelan, hiburan, media, otomotif dan bahan peledak.
Setelah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi di Los Angeles pada tahun 1981, Adiguna kembali ke Indonesia untuk menjadi direktur utama PT Adiguna Mesintani, yang mendistribusikan generator mesin diesel yang digunakan untuk menggerakkan hotel, pabrik, dan perusahaan lainnya. Perusahaan ini juga memproduksi alat berat yang digunakan untuk kegiatan pengeboran minyak lepas pantai.
Dia kemudian mengelola PT Santana Petroleum Equipment dan perusahaan pelayaran PT Pelayaran Umum Indonesia (Pelumin), di mana Pertamina menyewa beberapa kapal tanker. Pelumin memiliki tiga kapal tanker dengan kapasitas 35.000 ton.
Adiguna bermitra dengan Tommy Suharto dan Soetikno Soedarjo di PT Mahasarana Buana (Mabuha) sebagai agen pesawat Fokker dan menjual 15 pesawat ke Sempati dan Pelita Air Service milik Tommy Soeharto pada September 1985.
Adiguna memiliki perusahaan pemasok bahan peledak, serta gudang penyimpanan bahan peledak di Pulau Momoi, dekat Batam.
Pada 1993, Adiguna mendirikan PT Mugi Rekso Abadi (MRA) bersama Soetikno Soedardjo dan Ongky Soemarmo (yang pernah menjadi direktur eksekutif Grup Humpuss Tommy Suharto).
Situs MRA Group memproklamasikan: “Memimpin dorongan di MRA adalah para eksekutif yang energik dan berdedikasi, dicontohkan oleh Adiguna Sutowo & Soetikno Soedarjo. Mereka mewujudkan karakter tim manajemen muda yang luar biasa: perasaan gelisah yang cerdas. “
Operasi kelompok tersebut meliputi restoran, majalah dan stasiun radio, kendaraan mewah, hiburan dan hotel.
Adiguna telah mengepalai PT Suntri Sepuri, sebuah perusahaan farmasi yang didirikan pada tahun 1998. Perusahaan ini memproduksi antibiotik, kapsul, tablet, sirup dan obat-obatan lainnya.
Kepentingan bisnisnya yang lain termasuk PT Adiguna Shipyard dan PT Indobuild Co. Hotel keluarga Sutowo termasuk: Jakarta Hilton International (berganti nama menjadi Sultan Hotel and Residence), Lagoon Tower Hilton, The Hilton Residence, Patra Surabaya Hilton, dan Bali Hilton.
Adiguna juga memiliki Hotel Four Seasons dan Apartemen Four Seasons di Bali. Ia membeli Regent Hotel di Kuningan, Jakarta, dan menamainya Hotel Four Seasons.(*)